Sabtu, 02 Maret 2013

Sinema Pengajaran Sastra Kita

Sutejo
MG, Minggu III Agu 1995

Mengapa pengajaran sastra kita banyak dikeluhkan orang? Mungkin karena keberadaannya yang berandil besar dalam penanaman kecintaan bangsa ini terhadap karya sastra. Paradigma demikian, barangkali terlalu bombastis. Tapi, setidaknya jika kita mau jujur sebenarnya pengajaran sastralah yang yang pertama-tama menentukan iklim dunia sastra kita. Sebagaimana keberartian pendidikan suatu bangsa yang akan memberikan corak dan kualitas bangsanya.
Lalu, sejauh manakah pengajaran sastra kita bergerak? Dengan penuh prihatin barangkali kita akan menjawab ‘’pengajaran sastra selama ini telah mengalami kegagalan total’’. Dus, pengajaran sastra hanya mengajarkan tentang sastra dan sejarahnya. Padahal, sebagaimana disadari sastra adalah seni. Sastra adalah rentetan kode-kode estetis. Sastra adalah hasil petualangan kreatif-imajinatif. Sastra bukanlah ilmu, kata Jakob Sumardjo. Dengan kata lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pengajaran sastra selama ini telah mengalami kesesatan. Ironisnya lagi, banyak pengajar sastra yang tidak berkompetensi.

Berbagai Sebab

Sinema pengajaran sastra kita, kata Jakob Sumardjo, keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan dengan kegiatan bidang penciptaan karya-karya sastra, penerbitannya, kritik sastra, penelitian dan pengkajian sastra, sampai keberadaan iklim budaya kita secara umum. Maka, manakala kita menelusuri kegagalan pengajaran sastra dewasa ini, mau tidak mau harus meihatnya sebagai sebuah sistem makro.

Banyak pihak menganalisis bahwasanya pengajaran sastra selama ini dengan mengungkapkan berbagai sebab yang melingkupinya. Minusnya kompetensi pengajar sastra, kurang optimalisasinya media alternatif yang ada, dan beragamnya bakat dan minat siswa. Di samping, kehidupan sastra dan kritiknya yang belum establised. Penerbitan karya sastra misalnya, dalam perkembangan sastra Indonesia mutakhir mau tidak mau harus berhutang budi pada media massa koran khususnya. Tak heran bila akhir-akhir ini: trend sastra koran muncul ke permukaan dan banyak menjadi bahan pembicaraan. Termasuk penggugatan terhadap redaksi budaya media massa yang dicurigai berkolusi dengan sastrawan, tidak adanya norma estetis yang jelas, sampai perannya yang tempat pembabtisan sastrawan sebagaimana disindiri oleh seniman muda Solo, Sosiawan Leak.

Anehnya, pengajar sastra sepertinya mengelak dari realitas perkembangan mutakhir sastra Indonesia. Artinya, hampir tak pernah ada pengajaran sastra yang memanfaatkan sastra koran ini menjadi bahan pelajaran. Hal ini, bisa jadi karena minusnya kreativitas, kurangnya komunikasi sastra para pengajar, atau bahkan semacam ketidakpedulian terhadap fenomena sastra koran, sastra media massa itu, kualitasnya rendah. Tak ayal, pemikiran semacam ini pernah membuat Satyagraha Hoerip gemas terhadap sebagian sastrawan kita yang mereduksikan kualitas sastra koran dan menganggap Horison sebagai barometer dan ukuran kualitas sastra (Republika, ‘’Bingkai’’, 6  Oktober 1994).

Pengajar sastra, juga tak pernah memperkenalkan kririk sastra sebagai pengalaman jiwanya. Hal ini, bisa jadi karena, sekali lagi, minusnya kompetensi pengajar sastra. Di samping kaburnya dunia kritik sastra kita. Budi Darma menyebutnya sebagai dunia Kritik yang centang berenang (Horison, Nomor II, edisi November 1992). Putu Wijaya, prihatin karena sosok HB Jassin yang jujur, rajin, dan menjadi jembatan apresiasi tidak ada lagi. Sebaliknya, kritik sastra seperti yang diimpor Andrea Hardjana dan Umar Yunus  misalnya, tidak banyak memberikan sumbangan dalam menumbuhkan dan mengembangkan bakat dan minat siswa (juga mahasiswa) terhadap sastra. Tak heran, kalau banyak pihak mengusulkan perlunya semacam kritik sastra yang khas Indonesia. Sebagaimana seminar Mencari Sosok Teori yang Khas Indonesia, 10 November 1987, di Bulak Sumur Yogyakarta. Atau, bagaimana gemuruh pencarian kritik sastra relevan (23-26 Maret 1988), yang diadakan Universitas Bung Hatta, Padang, yang banyak mengundang pakar dan sastrawan seperti: Budi Darma, Rachmat Djoko Pradopo, Subagyo Sastrowardoyo, dan masih banyak lagi.

Barangkali yang sangat membantu dalam pengajaran sastra adalah model kritik sastranya HB Jassin. Sebab dengan kritik sastranya HB Jassin, dengan cepat akan kita temukan tiga hal pokok yang mengantarkan siswa memahaminya, yakni (i) pengenalan dan penceritaan biografi pengarang, (ii) adanya rekonstruksi alur cerita, dan (iii) sejauh manakah keterlibatan feeling pembaca. Pengenalan kritik sastra HB Jassin demikian, besar artinya bagi perkembangan dan penumbuhan minat dan bakat siswa. Terlebih, dengan berlakunya kurikulum 1994 yang berasektuansi pada adanya tema-tema dan muatan lokal. Pengajaran sastra mau tidak mau, perlu memperkenalkan pengarangnya, di samping teks sastra, dan bagaimanakah melatih keterlibatan perasaan dan kejiwaan siswa. Karena sebagaimana pernah disinggung Jakob Sumardjo bahwasanya penciptaan karya sastra itu untuk dinikmati. Sehingga pengajaran sastra harus juga diarahkan agar siswa menemukan kenikmatan yang terdapat padanya. Kenikmatan itu sendiri meliputi kenikmatan dalam bentuk perkembangan jiwa dan penghargaan terhadap keterampilan sastrawannya. Dan kenikmatan yang berupa kekaguman pada sastrawan dalam membuka peluang hingga terjadinya perubahan rohani. Mungkin ide Jakob Sumardjo ini berlebihan, tapi setidaknya jika mengaitkannya dengan pengajaran sastra, paradigma demikian sangat relevan untuk diturunkan.

Di samping kedua hal di atas, hal penting yang menyebabkan kegagalan pengajaran sastra adalah tidak adanya pelatihan reproduksi sastra yang nyaris dikesampingkan. Siswa tak lebih sebagai botol kosong yang setiap hari diisi dengan cerita tentang sastra dan sejarahnya. Tanpa pendekatan yang memungkinkan siswa menikmati secara langsung, ataupun mengembangkan aspek reproduksi sastra yang akan memberikan pengalaman batin. Tuntutan iklim demikian, adalah prasyarat penting untuk memberikan pengalaman langsung ‘’bersentuhan’’ dengan karya sastra. Bukan hanya memperkenalkan sinopsis atau sastrawannya.

Optimalisasi Media Alternatif

Maka di ujung tulisan ini, perlu kiranya dilontarkan pemikiran akan perlunya optimalisasi terhadap media alternatif yang ada. Bagaimana memanfaatkan media massa sebagai media pengajaran sastra baik apresiatif maupun reproduktif. Hal demikian, mestinya dapat dilakukan karena hampir bisa dipastikan sekolah berlangganan koran.

Di samping itu, media radio bisa menjadi alternatif yang juga bisa dimanfaatkan. Hampir semua radio menyediakan waktu untuk lembaran sastra. Pengajaran sastra dapat melibatkan siswanya untuk berpartisipasi, baik aktif maupun pasif. Sebagai alat evaluasi, dapat juga mengikutkan siswa dalam berbagai ajang uji kreativitas. Sebab jika menonton dengan sarana yang ada di sekolah, maka bisa dipastikan pengajaran sastra tidak akan berkembang dengan positif.

Karenanya, bagaimanapun karya sastra adalah seni yng menawarkan berbagai kemungkinan pada pembacanya. Sastra menjadi semacam mikrofon yang akan mentralisir ketegangan antara dunia imajinatif dengan realita. Sebagaimana semoboyan Hemingway, yang mengatakan bahwa hakikatnya tugas sastrawanlah menyampaikan kebenaran yang terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, tentu, pengajaran sastra yang baik akan memberikan pengalaman batin dalam menemukan nilai-nilai kebenaran, sosial kemasyarakatan, dan nilai keindahan yang ada dalam sebuah karya sastra. Maka pengajaran sastra arifnya: perlu mendapat kerlingan mata dari berbagai pihak. Siswa, pengajar, lembaga, maupun pemerintah. Kata A.Teuw, ‘’Celakalah sebuah negeri di mana suara penyair tidak lagi didengarnya!’’. Karenanya, akan lebih celaka bila siswa dan pengajar sastra sendiri tidak lagi mendengar suara penyair dan sastrawan.

*) Penulis  adalah dosen Kopertis VII Surabaya, pengasuh Sanggar Wahana Sastra RKPD Suara Ponorogo, Jawa Timur.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/11/sinema-pengajaran-sastra-kita/

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir