Sabtu, 23 Juni 2012

Novel Teutra Atom Thayeb Loh Angen

Masriadi
Tabloid KONTRAS Nomor : 504 |
Tahun XI 27 Agus – 2 Sep 2009

MEMBACA Novel “Teuntra Atom” ditulis oleh Thayeb Loh Angen kali ini begitu mengejutkan. Thayeb merevisi naskah asli yang sebelumnya pada tahun 2005 diberi judul Retina ini. Novel ini bahkan menuliskan beberapa nama dengan jelas, dan kegiatan politik mereka di tahun 2009. Ya, bisa disebut novel ini kesaksian sejarah Aceh yang pernah dibalur konflik dan duka yang berkepanjangan. Tokoh utama, yang dilakonkan dengan cara bercerita orang pertama tunggal, Aku alias Irfan ini mencoba mengajak pembaca menikmati suasana konflik. Thayeb menulis tentang aktifitas politik Zulkifli, alias Doli, guru bahasa Inggris tokoh Irfan yang kini lolos menjadi anggota DPR Aceh dari partai yang didirikan mantan kombatan, Partai Aceh.
Ketegangan dan ketakutan seluruh masyarakat sipil di aceh. Meski kurang detail, namun, novel ini merupakan saksi sejarah konflik. Kurang detail terlihat bagaimana drama ketakutan demi ketakutan masyarakat waktu itu kurang berhasil digambarkan sang penulis dalam bukunya. Jelas, ketika konflik masih terjadi di Aceh, masyarakat sipil seperti boh limeung diateuh bate neupeh (belimbing di atas gilingan). Masyarakat sipil selalu saja menjadi sasaran kedua pihak yang bertikai. Bisa disebutkan, keluar rumah salah, tidak keluar, juga dicurigai sebagai bagian dari komplotan pemberontak. Terlepas benar atau tidak warga sipil itu sebagai pemberontak. Menarik memang, karena buku ini ditulis oleh orang yang terlibat konflik di Aceh.

Saya menyebut, novel ini mencoba memaknai arti gerakan dan pejuang. Memaknai arti pemimpin dan pejabat. Dimana, dalam novel ini disebutkan bahwa ada pula pejabat Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kurang peka terhadap nasib bawahannya. Ada yang mengeruk harta, atas nama perjuangan. Ini yang disebut oleh Prof Taufik Abdullah, sebagai perbedaan kata antara pemimpin dan pejuang. Pemimpin memiliki rakyat yang dipimpinnya. Memiliki rakyat atau bawahan yang patut disejahterakan. Karena itu adalah tugas utama yang harus dipikirkan oleh pemimpin. Ada hubungan patron-klien jika mengunakan kata pemimpin. Pemimpin menjadi patron, sedangkan rakyat dan masyarakat sipil menjadi klien.

Sedangkan pejabat, ditabalkan samadengan elit politik. Artinya, pejabat hanya jabatan politis, dan tidak serta merta akan memperjuangkan nasib rakyat, mengentaskan kemiskinan, dan mencerdaskan generasi penerus bangsa. Semua itu terekam dalam tulisan setebal 362 dari tangan Thayeb. Namun, sedikit menganggu ketika Thayeb terlalu lamban menceritakan bagian awal novel ini. Dia memulai cerita dengan letak topografi Desa Loh Angen, lalu pada bagian berikutnya bercerita tentang ketertarikannya pada seorang wanita kampung, cantik dan sangat menawan. Tokoh peragu Irfan ini digambarkan sangat takut. Masuk dalam perjuangan GAM, yang ketika itu dicap separatis juga bukan karena keinginan yang kuat. Irfan hanya ingin membuktikan, bahwa dia bisa berbuat dalam perjuangan. Terlepas tujuan perjuangan itu apa? Lamban ini jika boleh jujur, akan mengurangi selera pembaca untuk melanjutkan bab berikutnya yang jauh lebih menarik.

Saya sebutkan, jika boleh jujur, kita tidak akan menikmati sajian khas, kental dengan setting masa perjuangan pada bagian awal. Justu cerita novel ini menarik pada bagian tengah novel ini. Dimana, Irfan mulai masuk dalam gerilyawan, dengan segala keterbatasan yang ada. Bahkan, baju seragam para pejuang pun tak pernah selesai dijahit. Selalu saja mengenakan pakaian alakadar. Mengenakan satu jaket, berbagi dengan teman-teman kaum pejuang yang lain.

Pada bab berikutnya, kejujuran Thayeb dalam buku ini patut diacungkan jempol. Jika buku ini, dibaca oleh penduduk Aceh dan atau oleh orang yang pernah menetap di Aceh, akan sangat terasa bagaimana kalangan pejuang GAM, sangat hormat pada senior atau pimpinan mereka. Meski ada satu atau dua orang yang disebut Thayeb sebagai pimpinan korup.. Namun, contoh yang diambil Thayeb adalah pimpinan sipil GAM yang cendrung menetap di desa ketika konflik menyalak. Namun, pada barisan militer, tidak ada keraguan akan gerakan. Bagi kalangan militer GAM, perjuangan dan kata merdeka, adalah perintah yang patut diperjuangkan, plus cap perjuangan adalah mulia. Cap mulia ini disebut-sebut oleh Thayeb adalah perjuangan mulia dan dipegang penuh oleh militer, baik itu polisi dan tentera GAM kala itu.

Penggambaran sosok Irfan yang tidak betah di hutan, lalu menjadi tukang masak di salah satu pesantren di Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe mencerminkan judul cerita ini. Ya, Tentera Atom adalah sebutan Thayeb untuk sosok Irfan. Dia secara tidak langsung, menyebutkan bahwa Tentera Atom adalah pejuang GAM yang tidak berani, kecut jika senjata menyalak, dan tak tahan menahan lapar. Jenis ini ketika konflik memang tidak pernah bersembunyi di hutan belantara. Hanya mengendap-ngendap di kampung-kampung. Ini yang dimaksud dengan Tentera Atom. Sebutan bagi pejuang garis bawah, tidak memanggul senjata, dan hanya bermodalkan sebuah handy talky. Realitas ini berani diungkapkan oleh Thayeb, yang dulu ketika konflik masih menyalak, sangat tabu mengungkapkan realitas-realitas yang disebutkan dalam buku ini. Inilah cara mengukir realitas, dan menertawakan perjuangan si penulis dulu. Apa pun cerita, ketika perjanjian damai di Aceh telah disepakati antara pemerintah RI-Gerakan Aceh Merdeka, di Helsinki, medio 2005 silam, banyak perubahan telah terjadi. Buku ini mencoba mengingatkan semua orang akan perih dan getirnya konflik. Konflik hanya menyisakan kesengsaraan masyarakat. Bukan cerita menang dan kalah yang ingin diungkapkan buku ini. Namun, sejarah duka yang berkepanjangan masyarakat Aceh.

Kini, tak ada masyarakat yang ingin luka lama kembali bernanah. Kini, semua masyarakat ingin damai terus berlanjut. Empat tahun sudah proses tarnformasi dari konflik ke damai terjadi di negeri syariah ini, masih banyak persoalan post concflik yang belum terselesaikan. Dari persoalan realisasi bantuan korban konflik yang tidak merata, sampai persoalan janda korban konflik yang belum tersentuh sama sekali. Bahkan, sampai tugas dan elit Badan Reintegrasi Aceh (BRA) yang dinilai masih lamban dalam proses penyaluran bantuan. Ingat, Thayeb telah mengingatkan pil pahit konflik dalam bukunya. Jangan sampai, ketika senjata tak lagi menyalak di Aceh, konflik sosial menjadi penyakit yang sulit disembuhkan. Untuk itu, perlu upaya serius menangani persoalan-persoalan pascakonflik di Aceh secepat mungkin. Jangan sampai muncul kelompok sipil yang kecewa pada proses konflik dan melahirkan konflik baru. Jika konflik kembali terjadi, maka tidak akan ada pembangunan yang berjalan. Geliat ekonomi masyarakat yang hilang dan hanya kemiskinan yang membekap seluruh Aceh. Selain itu, ekses konflik adalah tingginya angka kriminalitas. Untuk menghindari semua itu, eksekutif, legislatif, yudikatif dan mantan-mantan orang yang berkonflik harus peka pada seluruh kerikil dalam sepatu perdamaian ini. Semua pihak harus memikirkan keberlanjutan Aceh damai. Aceh damai, rakyat makmur, dan seluruh pembangunan berjalan sebagaimana mestinya. Ini yang diharapkan masyarakat Aceh. Dan, buku ini adalah rekam sejarah dibalut sastra, mengingatkan semua orang akan konflik. Sekecil apa pun makna perjuangan dalam buku ini, haruslah dilihat dari sisi histori. Bukankah bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai sejarah. Dan, Thayeb menulis sejarah Aceh dengan caranya sendiri. Buku ini patut dibaca. Dengan harapan, pada cetakan berikutnya, penulis kembali merevisi beberapa ejaan yang kurang tepat, salah ketik dan lain sebagainya. Salut buat Thayeb yang kini menceburkan diri pada profesi jurnalis di sebuah harian lokal di Aceh.

Dijumput dari: http://sastrawansamudrapasai.wordpress.com/2011/04/21/novel-teutra-atom-thayeb-loh-angen/

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir