Sunaryo Broto *)
http://www.kaltimpost.co.id/
GELIATsastra di Kalimantan Timur dalam 3 tahun belakangan sudah mulai menunjukkan perannya. Beberapa event sastra dalam berbagai skala digelar, di antaranya Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesastraan 2009 yang diselenggarakan Kantor Bahasa Kaltim. Pada ajang tersebut juga diluncurkan 4 buku dokumentasi sastra Kaltim, yaitu Kamus Bahasa Banua-Indonesia, Tata Bahasa Kutai, Biografi Pengarang Kalimantan Timur dan Ensiklopedia Sastra Kaltim. Dua buku terakhir berisi biografi dan beberapa karya sastra berbagai generasi dari sastrawan di Kaltim.
Patut dicatat, juga mulai bermunculan karya-karya cerpen, puisi, novel dari pengarang dari Kaltim yang diterbitkan sendiri atau kerja sama dengan penerbit. Juga adanya ruang cerpen di setiap Minggu pada Harian terbesar di Kaltim, Kaltim Post, dapat menambah ruang dokumentasi karya sastra. Di luar itu kemungkinan besar masih banyak penerbitan yang belum tercatat atau dirilis melalui dunia maya.
Puncaknya adalah dengan diselenggarakannya Dialog Borneo-Kalimantan XI pada tanggal 13-15 Juli 2011 di kantor Gubernur Kaltim, di Samarinda. Pada event tersebut diluncurkan tiga buah buku penting sebagai dokumentasi sastra Kalimantan yang paling lengkap, yaitu Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia dan Sumbangan Borneo Kalimantan terhadap sastra Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia. Buku-buku tersebut dieditori oleh sastrawan senior asal Kaltim, Korrie Layun Rampan. Buku terakhir berisi makalah dalam seminar Dialog Borneo.
Saya tidak tahu apakah semaraknya kegiatan sastra ini ada hubungannya pulang kampungnya Korrie ke Bumi Etam setelah banyak berkarya dari luar daerah. Tetapi saya rasa juga ada gayung bersambut antara sastrawan senior dengan para sastrawan Kaltim lainnya yang sekarang mulai banyak berkiprah.
Gubernur Awang Faroek Ishak membuka Dialog Borneo tersebut dengan langsung memesan 300 buku untuk didistribusikan ke perpustakaan daerah dan sekolah-sekolah. Juga menandatangani nota kesepahaman antara Rumah Sastra Korrie dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Kaltim untuk pengembangan sastra. Bukan itu saja, dalam penutupan event sastra internasional tersebut, gubernur berjanji memberi dukungan pendanaan khusus pada program budaya dan sastra, memberi penghargaan dan hadiah seni terhadap sastrawan yang telah berjasa pada kesusastraan Kaltim.
Ada lebih 500 delegasi yang datang dari Kalimantan, Kalbar, Kalsel, Kalteng dan tuan rumah Kaltim. Juga beberapa tokoh senior sastra seperti Darman Moenir dari Padang, Ahmadun Yosi Herfanda dari Jakarta, Delegasi dari Malaysia. Sayang sekali delegasi dari Brunei Darussalam tidak bisa hadir karena bertepatan dengan perayaan hari nasionalnya. Melalui Zefri Ariff Bruneiti hanya sempat mengirim naskahnya, Dari Rakis ke Maka Sastra Brunei Menyusur jalur Buanari.
Ada lebih dari 14 narasumber hadir memaparkan makalahnya. Sambutan audiens juga sangat bagus sampai berebut kesempatan untuk bertanya sampai session terakhir. Peserta juga masih bertahan sampai malam penutupan. Hal yang jarang untuk sebuah perhelatan sastra.
MATERI DISKUSI
Jaya Ramba, penulis produktif dari Miri, Malaysia memaparkan Penulis bukan Melayu di Sarawak dalam Sastra 1 Malaysia. Ibnu HS asal Kalteng memaparkan Menjaga Sastra Anak. Dr Surya Sili, Ketua UP Fakultas Ilmu Budaya dan Kepala Balai bahasa Unmul memaparkan strategi jitu memasyarakatkan buku. H Encik Othman Mahali dari Labuhan, Malaysia memaparkan Perkembangan penulisan dan cabaran penulis-penulis Labuhan. Ahmadun Yosi Herfanda, mantan redaktur budaya Republika dan Ketua Komite Sastra DKJ, Menakar Sumbangan Kalimantan pada Perkembangan Sastra Indonesia.
Pada hari kedua, Abang Patdeli bin Abang Muhi dari Serawak, Malaysia. Pengurus Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia Cawangan Serawak membawakan makalah Perkembangan Sastra Kebangsaan di Serawak. Dia bercerita tentang upaya yang sangat bagus Dewan Bahasa dalam memajukan sastra di Serawak. Ada penerbitan 10-12 buku sastra Serawak tiap tahun. Tiap tahun ada lomba sastra, lomba kreativitas untuk guru, menerbitkan cerita rakyat, cerita anak-anak untuk sekolah. Juga memuat karya sastra pada Media Utusan Serawak dan Utusan Borneo. Tadjudin Nurganie asal Kalsel memaparkan tentang Kedudukan sastra modern Banjar di tengah-tengah sastra Indonesia. Problem sastra Banjar adalah pada pengarang, pembaca, media dan kritik sastra.
Prof Dr Chairil Effendy, peneliti budaya, mantan anggota MPR dan mantan Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak memaparkan tentang sastra Modern di Kalimantan Barat, Dahulu dan Kini. Mizar Bazarvio, penulis dan aktivis sastra asal Kalbar berbicara tentang Peran penting organisasi sastra membangun kreativitas dan inovasi sastra di Kalimantan Barat.
Marko Mahin, dosen di STT-GKE, Banjarmasin dan peraih gelar Magister of Art dari Universitas Leiden, Belanda memaparkan tentang Panaturan, sastra suci Dayak Ngaju. Jamal T Suryanata, aktivis sastra asal Kalsel membahas kebanggaan sastra sebagai kebanggaan daerah, sumber kreativitas dan inovasi penciptaan. Lokalitas sastra dalam sastra Indonesia modern adalah sesuatu yang harus diperjuangkan jika kita memang berharap banyak untuk menghasilkan karya-karya yang benar-benar berkarakter Indonesia. Pemanfaat daerah sebagai sumber kreativitas dan inovasi penciptaan dalam sastra Indonesia akan menimbulkan, kebanggaan sastra merupakan kebanggaan daerah.
Korrie Layun Rampan, Sastrawan senior Indonesia asal Kaltim tentang Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia. Penulisan sastra Kaltim relatif lebih muda dari sastra Indonesia. Dimulai pada tahun 1940-an. Ada banyak cara untuk meningkatkan kualitas penulisan sastra daerah yaitu menerbitkan majalah sastra sebagai wadah karya para sastrawan, dibentuk badan penerbit yang professional, memberi penghargaan dari pemerintah daerah, ada program pelatihan penulisan kreatif, pemerintah daerah mau menerbitkan buku-buku sastra, dan menciptakan kegiatan sastra yang dapat merangsang kreativitas berkarya.
REKOMENDASI
Rekomendasi dibacakan oleh salah seorang narasumber pada penutupan Dialog Borneo di Lamin Etam pada 15 Juli 2011 di depan hadirin dan Gubernur Kaltim. Ada 6 rekomendasi, yaitu Menetapkan Labuhan, Malaysia sebagai tuan rumah Dialog Borneo XII pada tahun 2013 dan Serawak sebagai tuan rumah cadangan, Memperluas cakupan peserta Dialog Borneo-Kalimantan dengan mengundang peserta dari Mindanau dan Indonesia Timur, Memberikan hadiah Anugerah Sastra Borneo Kalimantan secara berkala, menerbitkan antologi karya bersama pada setiap penyelenggara Dialog Borneo, mengupayakan terbitnya media publikasi bersama baik berbentuk cetak maupun internet, Menentukan secretariat bersama yaitu Dewan Bahasa dan Pustaka Cawangan Sarawak untuk wilayah Malaysia Timur dan Brunei dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan untuk wilayah Kalimantan.
PROBLEM
Sebenarnya kalau dengan nama Dialog Borneo dan menampilkan tema sastra di Kalimantan dalam Dialog Borneo kemarin terkesan tak imbang karena pembicara dari Malaysia hanya 3 dan Brunei hanya mengirimkan papernya. Diskusi dan pertanyaan hadirin didominasi oleh perkembangan sastra Indonesia pada umumnya dan sastra lokal pada khususnya. Hal ini bisa dimengerti karena disamping delegasi peserta juga kebanyakan dari Indonesia, juga penguasaan materi delegasi terhadap perkembangan sastra di Malaysia dan Brunei sangat minim. Jadinya banyak pertanyaan hanya seputar perkembangan sastra di Indonesia, khususnya di Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim.
Di luar itu, diskusi yang berkembang masih pada taraf problem klasik sastra, yaitu kurang dana untuk penerbitan dan kegiatan, kurang karya yang berkualitas, kurangnya apresiasi baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, kurang peminat dan pembaca buku, kurang media publikasi dll. Problem sastra daerah hampir sama juga dengan problem sastra nasional.
Ada juga yang masih menggugat apakah karya popular seperti Buku Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta dan Negeri Lima Menara adalah karya sastra? Perdebatan seperti ini sebenarnya tak perlu lagi terjadi karena tidak menyelesaikan masalah dan hanya perdebatan tentang opini yang sangat relatif. Seperti mengulang perdebatan seni beberapa dekade lalu antara Sanusi Pane yang mengusung L’art poer l’art (seni untuk seni) dan STA (Sutan Takdir Alisyahbana) yang mengusung L’art poer essage (seni untuk masyarakat).
Seperti diakui oleh salah seorang narasumber, Ahmadun, karya seperti Negeri Lima Menara secara sastra tidak terlalu tinggi, tetapi kalau karya tersebut bisa dibaca banyak orang dan memberi manfaat, kenapa tidak? Tantangan sastrawan justru harus membuat karya sastra yang baik tetapi juga harus dibaca masyarakat. Untuk apa menulis sastra tetapi tidak ada peminatnya.
Memang idealnya, karya seperti Buku Bumi Manusia sampai Rumah Kaca dari Pramudya Ananta Toer, Para Priyayi dari Umar Kayam atau Burung-Burung Manyar dari Romo Mangunwijaya yang secara sastra bagus tetapi juga banyak dibaca masyarakat. Tetapi tidak mudah membuat karya sastra seperti itu. Bila karya sastra sudah bisa diminati banyak masyarakat maka sebagian dari problem klasik sastra sudah dapat dipecahkan.
BORNEO AWARD
Pada salah satu sesi, ada peserta dan salah satu nara sumber, Ahmadun melontarkan perlunya penghargaan pada karya sastra, semacam Borneo award pada setiap even Dialog Borneo. Saya kira usulan ini sangat bagus karena bisa mengatasi sebagian masalah klasik sastra dan seperti juga yang dilontarkan Korrie.
Hal ini pun sudah ditindaklanjuti dengan Rekomendasi Dialog Borneo yang sejalan dengan kebutuhan untuk perkembangan sastra. Yang penting adalah adanya komitmen baik dari pelaku sastra maupun dari penyelenggara pemerintah untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. Gubernur sebagai pejabat pemerintah sudah memberikan ketegasannya untuk membantu. Sastrawan harus siap menyambut hal ini dengan karya.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah adanya publikasi karya sastra secara berkala. Hal ini bisa melakukan kerja sama dengan media massa yang telah mempunyai jaringan distribusi penerbitan dengan membuka lembar sastra pada kolom hariannya. Kaltim Post sebagian sudah melakukan ini hanya perlu peningkatan kualitas karya dan apresiasi. Semoga karya sastra dapat berkembang dengan baik dan mampu membuat dunia bersih kembali. Sampai jumpa pada Dialog Borneo XII dengan karya yang lebih baik.
_______________________20 Juli 2011
*) Penulis adalah sastrawan peserta Dialog Borneo-Kalimantan asal Bontang, Karyawan Pupuk Kaltim. Karya puisi dan cerpennya dimuat dalam Buku Ensiklopedia Sastra Kaltim, Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar