Kamis, 07 Oktober 2010

Pornografi Dalam Karya Sastra

I Nyoman Suaka
http://www.balipost.com/

Sastra sebagai karya seni memiliki peluang yang hampir sama dengan bidang seni lainnya dalam hal pornografi. Namun unsur porno, erotis dan seks dalam karya sastra tidak seperti goyang dangdut Inul Darastita, yang sangat heboh belakangan ini, walaupun sama-sama seni. Selain penyanyi Inul, unsur pornografi sering juga ditunjukkan dalam seni lukis, foto, film dan patung, yang mudah dipelototi. Sehingga muncul polemik di masyarakat antara seni dan pornografi. Bagaimanakah pengarang menampilkan unsur seks dalam karyanya?

DALAM karya sastra, pengarang tidak ada jalan lain, hanya dengan bahasa. Pengarang merangkai kata-kata untuk menghasilkan karya sastra atau karangan. Maka dari itu, dalam pengertian yang amat sederhana muncul istilah karangan bunga dan karangan buah. Dalam karangan buah, seseorang merangkai buah dan dalam karangan bunga, seseorang merangkai bunga. Mengarang adalah seni dalam merangkai kata-kata dan bahasa. Makanya, menampilkan unsur seks dalam karya sastra, tidak terlepas dari kemampuan pengarang memilih kata-kata untuk mengundang hasrat seks bagi pembacanya.

Mendifinisikan pornografi dalam karya sastra, sangat diak mudah. Hal ini sangat relatif tergantung kepada penikmat karya itu, dalam konteks ini adalah pembaca. Demikian juga dalam seni lainnya, sehingga unsur seks dalam seni selalu menimbulkan pendapat pro dan kontra di masyarakat. Walau begitu, sastrawan dan budayawan Umar Kayam (almarhum) dalam hidupnya pernah memberikan sumbangan pemikiran tentang seks dalam karya sastra, sebagai berikut.

Pertama, pembaca agar tidak tergesa-gesa menjatuhkan vonis, cabul atau melanggar nilai-nilai kesusilaan terhadap buku-buku kesusastraan yang di dalamnya menyangkut tentang kehidupan seks, sebelum mencoba mengerti tentang motif dan kedudukan penulisnya. Kedua, soal seks adalah soal kemanusiaan yang terbesar yang selalu “mengganggu” kehidupan manusia, yang karenanya akan selalu dijumpai dalam kesusastraan kapan saja.

Ketiga, karya sastra yang menyangkut soal seks tidak mungkin dianggap sebagai hasil sastra yang melanggar nilai-nilai kesusastraan. Apabila karya itu didukung oleh satu ide yang baik, dipersiapkan dengan matang dan mendalam serta memberi pengertian yang baik tentang kehidupan dan kemanusiaan. Keempat, cerita yang menyangkut soal seks bisa dikatakan melanggar nilai-nilai kesusilaan atau cabul, selama didukung oleh ide-ide yang jelek, persiapan dan pengolahan yang gegabah dan murah. Pada akhirnya karya itu tidak mampu memberikan apa-apa kepada pembacanya. Pengertian seks dalam karya sastra seperti yang diberikan Umar Kayam itu terasa agak longgar. Diperlukan kajian yang lebih mendalam lagi menyangkut motif dan keberadaan pengarangnya. Kalau karya itu didukung ide yang baik dan dapat memberi pengertian yang agung tentang kehidupan, maka unsur pornografi dalam karya itu seakan-akan dapat diampuni, bahwa karya sastra itu mengandung nilai-nilai kesusastraan.

Bacaan Cabul

Sejak sastra zaman klasik sampai modern, masalah seks dan pornografi selalu diperdebatkan, walau tak seheboh goyang ngebor penyanyi dangdut Inul. Pada awal kesusastraan Indonesia modern, misalnya, pemerintah kelonialisme Belanda melarang peredaran buku-buku sastra dan non-sastra yang berbau cabul. Larangan ini tidak saja sekadar imbauan dari pejabat Belanda, tetapi juga secara resmi melalui pendirian sebuah lembaga yang diberi nama Volksleectuur, yang kemuidan berganti nama menjadi Balai Pustaka.

Salah satu tujuan Volkslectuur adalah ikut mencerdaskan masyarakat pribumi dengan menerbitkan buku-buku bacaan. Dengan penerbitan ini berarti pemerintah Belanda turut menyeleksi agar buku-buku yang diterbitkan buku bermutu, sedangkan buku sastra yang berbau cabul tidak lulus sensor redaksi. Di luar penerbitan Volkslectuur, buku-buku yang beredar diistilahkan buku liar. Penerbitan buku liar ini ketika itu sangat ramai dan banyak dijumpai buku-buku sastra yang bersifat mengundang nafsu birahi bagi pembacanya. Ternyata buku bacaan seperti itu sangat laris.

Mungkin saja pengarang tidak dengan sengaja melukiskan unsur kecabulan, tetapi penceritaannya yang terlalu naturalistis akhirnya cenderung mengarah ke seksualitas. Novel “Pengakuan Pariyem” karya Linus Suryadi memberikan gambaran yang berani dan terbuka mengenai persoalan hubungan seksual, seperti terungkap dalam kutipan berikut. “…Saya diborongnya, diambunginya. Saya dibaringkan di atas amben: tempat tidur saya bila malam, tempat ngaso saya bila siang. Dalam keriut-keriut diseling bunyi, saya digulatinya habis-habisan. Tak malam, tak siang, tak sore. Waktu hilang di atas bale-bale. Dalam dahaga saya reguk air murni. Jagad merasuk ke dalam sanubari. Oh, ampun, ya, ampun, anunya gede banget, lho. Saya merem meladeninya.” (Suryadi, 1981:39).

Cerita Pendek

Di bidang cerita pendek (cerpen), unsur seks lebih semarak lagi. Malahan unsur seks ini ada yang mengambil latar cerita pada zaman revolusi fisik. Cerpen itu, misalnya “Kejantanan Disumbing” karya Subagio Sastrowardoyo dan cerpen “Di Medan Perang” karya Trisnojuwono. Unsur pornografi itu ternyata cukup menghibur karena dikisahkan dengan menarik, dan dapat mengendurkan syaraf yang tegang ketika pembaca diajak berperang dalam cerpen itu. Hal ini sangat ditunjang oleh latar belakang biografis pengarangnya yang memang keduanya — Trisnojuwono dan Subagio Sastrowardoyo — pernah aktif mengangkat senjata, ketika perang kemerdekaan. Hal seperti inilah yang dimaksud almarhum Umar Kayam sebagai motif dan keberadaan pengarang yang mendukung cerpen itu. Dengan demikian, pembaca tak bisa gegabah untuk menilai kedua cerpen tersebut sebagai bacaan porno. Justru sebaliknya, dua cerpen tersebut, dalam khazanah kesusastraan Indonesia, dikategorikan sebagai cerpen sastra yang bermutu.

Dalam cerpen “Kejantanan Disumbing” dilukiskan, suatu malam yang amat dingin, maklum udara pegunungan, suatu ketaksengajaan membuat tokoh “Aku” menjatuhkan lampu minyak dari meja di dalam sebuah kamar sempit, di suatu rumah desa, tempat mereka mengaso. Dan terjadilah peristiwa itu, “Aku” yang sudah keranjingan membunuh saja tawanannya, ternyata timbul lagi sifat kejantanannya. Kelaki-lakiannya. Birahinya. Pengarang Subagio Sastrowardoyo menulisnya sebagai berikut.

“Aku seperti terpesona. Kesuburan tubuh yang memeluk aku serta hawa kulitnya yang membara, memabokkan napasku. Aku merasa diberi hajat hidup yang melimpah dan nikmat. Aku lalu lupa kepada kengerian mati sendiri. Aku akan lepas dari pusaran hidup yang tak berujung pangkal. Lalu aku menangkap tubuh perempuan itu selaku harimau menerkam mangsanya dan mengerkahi mulutnya yang kacau berbisik-bisik sehingga diam terkecup….”

Cuplikan itu, tidak melukiskan secara mendetail unsur pornografi sepertin halnya tulisan-tulisan yang dimuat dalam majalah-majalah hiburan. Majalah-majalah hiburan yang sering membuat cerpen mempergunakan segi pornografi sebagai alat sensasi. Untuk melukiskan sesuatu yang behubungan dengan hubungan yang sangat intim, menyangkut pasangan berbeda jenis kelamin, tidak perlu diungkapkan sampai kepada hal-hal yang mendetail yang sebenarnya masih dapat dirahasiakan. Pengungkapan samar-samar tetapi sugestif sifatnya sudah cukup mengantarkan pembaca untuk mengetahui maksud pengarang. Dengan pelukisan yang hanya tahap pengantar rangsangan seks, berarti sudah memberi kesempatan kepada pembaca untuk menerawang jauh berimajinasi.

Persoalan seks dan pornografi dalam novel dan cerpen hanya bersifat “titipan” dan bukan hal yang utama, sehingga tidak perlu diobral. Hal-hal yang porno dan cabul yang diobral dalam karya sastra atau karya seni lainnya dapat mengurangi keindahan karya itu. Bahkan dapat dikatakan merusak karya itu sendiri karena dicap karya murahan.

* I Nyoman Suaka, IKIP Saraswati Tabanan

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir